Senin, 09 Maret 2015



Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
5. Memahami usaha persiapan kemerdekaan
5.1 Mendeskripsikan peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi dan proses terbentuknya Republik Indonesia
5.2 Menjelaskan proses persiapan kemerdekaan


      Kedudukan Jepang semakin terdesak oleh Sekutu dalam Perang Dunia II di Asia Pasifik. Kondisi Jepang semakin melemah ketika pada bulan februari 1944, pasukan-pasukan Amerika berhasil mengusir Jepang dari Kwajalein di kepulauan Marshall, dan serangan-serangan pengeboman B-29 terhadap Jepang dimulai pada bulan Juni. Pada bulan yang sama, angkatan laut pihak Jepang menderita suatu kekalahan yang melumpuhkan dalam pertempuran di laut Filipina. Pada bulan Juli, pihak Jepang kehilangan pangkalan laut mereka di Saipan (kepulauan Mariana), yang mengakibatkan terjadinya krisis kabinet di Jepang. Tojo meletakkan jabatan dan Jenderal Kuniaki Koiso menggantikannya sebagai perdana menteri (1944-1950).
      Pada tanggal 7 September 1944 Koiso menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia. Janji dikemukakan di depan Parlemen Jepang, dengan tujuan untuk menarik simpati Indonesia. Sebagai pembuktiannya, ia mengijinkan pengibaran bendera merah putih di kantor-kantor, tetapi harus berdampingan dengan bendera Jepang.  Kondisi Jepang yang semakin terdesak oleh Sekutu justru menguntungkan bangsa Indonesia. Jepang akhirnya memberikan kesempatan bangsa Indonesia mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

a.             Pembentukan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
      Pada tanggal 1 Maret 1945, panglima pemerintahan di Jawa Jenderal Kumakici Harada mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Coosokai. BPUPKI bertujuan untuk menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan dengan persiapan kemerdekaan Indonesia. BPUPKI diketuai oleh Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat.  Selama masa berdirinya BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali. Sidang pertama pada tanggal 29 mei- 1 Juni 1945 merumuskan dasar negara dan sidang kedua  pada tanggal 10-16 juli 1945 membahas batang tubuh Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.Sidang pertama membahas tentang perumusan dasar negara dengan mendengarkan pidato beberapa tokoh pergerakan seperti Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Sukarno. Sidang kedua membahas rencana Undang-Undang Dasar (UUD). Sidang ini juga membicarakan mengenai bentuk negara. Wacana yang muncul dalam persidangan mengenai bentuk Negara adalah bentuk republik atau kerajaan. Pada akhirnya, mayoritas peserta sidang setuju dengan bentuk republik. 
 
      b.      Pembentukan PPKI
      BPUPKI yang telah menyelesaikan tugasnya kemudian dibubarkan dan digantikan dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Jumbi Inkai sebagai ganti BPUPKI pada tanggal 7 Agustus 1945. Tugas utama PPKI adalah mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan keperluan pergantian kekuasaan. Pada tanggal 9 Agustus Jenderal Terauchi memanggil 3 tokoh nasional yakni Ir. Sukarno, Drs. Mohammad Hatta, dan Dr. Radjiman Widyodiningrat. Mereka bertiga dipanggil ke Saigon/Dalat (Vietnam) untuk menerima informasi tentang kemerdekaan Indonesia. Pelaksanaan kemerdekaan akan dapat dilakukan dengan segera. Wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah bekas jajahan Hindia Belanda.
c.       Peristiwa Rengasdengklok
      Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hirosima dan Nagasaki. Kedua Bom atom tersebut mengakibatkan korban jiwa yang sangat besar dan menghancurkan berbagai fasilitas. Pemerintah Jepang benar-benar dalam kesulitan. Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Ketiga tokoh bangsa Indonesia yang dipanggil Pemerintah Jepang telah kembali ke tanah air. Keadaan politik di Indonesia telah terjadi perubahan sangat drastis. Para tokoh yang terus mengikuti perkembangan perang dunia II mempunyai ide untuk segera memproklamasikan kemerdekaan, tanpa menunggu keputusan Jepang. Perbedaan pendapat sempat terjadi dalam mengambil keputusan kapan proklamasi kemerdekaan dinyatakan. Perbedaan pendapat terjadi antara golongan tua atau para tokoh PPKI, dengan golongan muda yang terwakili dalam beberapa perkumpulan.

       Golongan muda mendesak agar Indonesia segera memproklamirkan kemerdekaan, sementara golongan tua menghendaki proklamasi menunggu perkembangan keputusan Jepang. Golongan tua beralasan untuk menghindari pertumpahan darah, mengingat pasukan Jepang masih banyak yang ada di Indonesia. Para anggota PPKI seperti Sukarno dan Hatta tetap menginginkan proklamasi  dilakukan sesuai mekanisme PPKI. Mereka beralasan bahwa kekuasaan Jepang di Indonesia belum diambil alih. Golongan muda tetap menginginkan proklamasi kemerdekaan dilaksanakan sesegera mungkin. Para pemuda mendesak agar Sukarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan secepatnya. Mereka beralasan bahwa saat itu Indonesia sedang mengalami kekosongan kekuasaan (vacum of power). Pertentangan pendapat antara golongan tua dan golongan muda inilah yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa Rengasdengklok.
      Sikap golongan muda diputuskan dalam rapat di Pegangsaan Timur Jakarta pada tangal 15 Agustus 1945. Rapat ini dihadiri oleh Chairul Saleh, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Armansyah, dan Wikana. Rapat yang dipimpin Chairul Saleh ini memutuskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan masalah rakyat Indonesia sendiri, bukan menggantungkan kepada pihak lain. Keputusan rapat kemudian disampaikan oleh Darwis dan Wikana kepada Soekarno dan Hatta di Pegangsaan Timur No.56 Jakarta. Golongan muda mendesak mereka untuk memaklumatkan Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 16 Agustus 1945. Namun, Soekarno tetap bersikap keras pada pendiriannya bahwa proklamasi harus dilaksanakan melalui PPKI. Oleh karena itu, PPKI harus segera menyelenggarakan rapat.Pro dan kontra yang mencapai titik puncak inilah akhirnya mengantarkan terjadinya peristiwa Rengasdengklok. Golongan muda memutuskan membawa Sukarno dan Hatta ke luar Jakarta dengan tujuan untuk menjauhkan Sukarno dan Hatta dari pengaruh Jepang. Golongan muda memilih Shodanco Singgih untuk melaksanakan pengamanan terhadap Sukarno dan Hatta. Sukarno dan Hatta kemudian dibawa ke Rengasdengklok yang ada di sebelah Timur Jakarta.  
      Di Jakarta terjadi dialog antara golongan muda yang diwakili oleh Wikana dan golongan tua Ahmad Subardjo. Dialog tersebut mencapai kata sepakat bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus dilaksanakan di Jakarta, dan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Ahmad Subardjo ke Rengasdengklok dalam rangka menjemput Sukarno dan Hatta setelah dialog tersebut. Kepada para golongan muda, Ahmad Subardjo memberi jaminan bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945, dan selambat-lambatnya pukul 12.00. Adanya jaminan tersebut membuat Cudanco Subeno selaku Komandan Kompi PETA Rengasdengklok bersedia melepaskan Sukarno dan Hatta untuk kembali ke Jakarta dalm rangka mempersiapkan kelengkapan untuk melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan.
  
       d.      Perumusan Teks Proklamasi kemerdekaan Indonesia
      Sukarno dan Hatta akhirnya menyetujui Proklamasi Kemerdekaan segera dikumandangkan. Sukarno dan Hatta tiba di Jakarta pada pukul 23.00, lalu menuju rumah kediaman Laksamada Maeda. Pertemuan di rumah Laksamana Maeda dianggap tempat yang aman dari ancaman tindakan militer Jepang, karena Maeda adalah Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut di daerah kekuasaan Angkatan Darat. Di kediaman Maeda itulah rumusan teks proklamasi disusun. Sukarni, Mbah Diro, dan BM.Diah dari golongan muda hadir dalam pertemuan itu untuk menyaksikan perumusan teks proklamasi. Berdasarkan pembicaraan antara Sukarno, Hatta, dan Ahmad Subardjo, diperoleh rumusan teks proklamasi yang ditulis tangan oleh Sukarno yang berbunyi:
Proklamasi :
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekuasaan, dll, diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen’05
      Atas nama bangsa Indonesia
    Soekarno/Hatta
(tandatangan Soekarno)(tandatangan Hatta)

      e.       Proklamasi Kemerdekaan
      Pagi hari tanggal 17 agustus 1945 di rumah Sukarno di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta sudah dipadati oleh massa menjelang pembacaan teks proklamasi. Dr. Muwardi memerintahkan kepada Latief Hendraningrat untuk menjaga keamanan pelaksanaan upacara. Latif dalam melaksanakan pengamanan dibantu oleh Arifi Abdurrahman untuk mengantisipasi gangguan tentara Jepang. Di tempat lain, Fatmawati mempersiapkan bendera yang dijahit dengan tangan. Ukuran bendera tersebut masih belum standar seperti ukuran bendera saat ini.
      Upacara dipimpin oleh Latief Hendraningrat tanpa protokol. Latief segera memimpin barisan untuk berdiri dengan sikap sempurna. Sukarno juga mempersiapkan diri, kemudian beliau menuju mikrofon. Sebelum membacakan teks proklamasi, Sukarno membacakan pidato singkat. Sukarno membacakan teks proklamasi setelah pidato singkatnya disampaikan. Latief dan Suhud mengibarkan bendera merah putih secara perlahan-lahan setelah pembacaan proklamasi selesai. Bendera merah putih dinaikan dan diiringi lagu Indonesia Raya yang secara spontan dinyanyikan oleh para hadirin. Upacara ditutup dengan sambutan Wakil Walikota Suwiryo dan Muwardi. Dengan demikian, prosesi upacara proklamasi kemerdekaan selesai dilaksanakan. Proklamasi kemerdekaan ini merupakan tonggak berdirinya negara Republik Indonesia yang berdaulat.

Sumber:
Marwati Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto.2010. Sejarah Nasional Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.
Matroji. 2007. Sejarah untuk SMP kelas VIII. Jakarta: Erlanga.
Ricklefs. 2009. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar